Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Merasa Kalah

BELAKANGAN ini, baru kurasakan hidup yang kompetitif. Dalam setiap kompetisi, ada kalah ada menang. Rupanya, episode kekalahan yang lebih mengakrabiku.

Kalah? Kalah dari siapa? Siapa yang menang? Entahlah, kucoba menuruti kata hati, aku sedang kalah kini. Kalau ditanya lebih lanjut, tidak bisa pula kujelaskan ukuran kekalahan itu, karena aku juga benar-benar nggak tahu kenapa merasa kalah.

Dalam deraan rasa kalah itu, apapun yang kulakukan terasa hambar. Terkadang, apapun menjadi salah dan membuat marah. Kalau sudah begitu, bukan saja jiwaku tergoncang tapi juga menimbulkan permusuhan dengan orang lain yang mungkin terheran-heran kok tiba-tiba sewot.

Ibarat makanan, semua terasa hambar. Semua, ya semua. Urat syaraf di kepala terasa tegang dan saling tariknya terasa menyesakkan. Mood turun naik dengan sangat cepatnya. Di jalan pulang kerja misalnya, terbayang ingin segera membaca buku. Tapi, begitu tiba dan mulai buka-buka halaman mood untuk membaca seperti kabur begitu saja.

Dan, seolah itu menjadi rutinitas berbulan-bulan terakhir. Hingga kuberpikir untuk berhenti sejenak. Barangkali, dengan begitu bisa mengubah kondisi tidak menyenanngkan ini.

Dan, dalam iringan rasa kekalahan itu ku pergi menyepi. Kutinggalkan sejenak keramaian ibukota, rutinitas kerja yang padat, dan menikmati sepinya desa di pedalaman Magelang, Jawa Tengah.

Aku mencari apa disini, kujuga nggak tahu. Ketenangan belum juga kudapatkan meski sudah lebih tiga hari disini. Eit, harus kuakui syaraf dikepalaku terasa mulai mengendur dan terasa ringan, meski belum rileks.

Kacau ya, struktur kalimat dan logika berpikirnya. Ya, begitulah bila pikiran sedang galau. Sorry, ya temans curcol di siang bolong, sekedar selingan makan siang biar tetap semangat mengunyah ....

1 comment for "Ketika Merasa Kalah"

  1. kekalahan itu bisa menjadi kemenangan tergantung kita merekayasa, antum sendiri kan seorang yang mahir dalam reakyasa

    ReplyDelete