Kampanye (1)
"Pesta Demokrasi" sudah dimulai. Secara resmi, sejak 1 juli lalu, kampanye pemilu 2009 dibuka. Kali ini rentang waktunya cukup panjang, sekitar sembilan bulan. Kayak masa seorang ibu mengandung. Semoga saja pemimpin yang lahir dari proses itu benar-benar baik.
Karena, inilah masa kampanye pemilu di Indonesia terpanjang. Tentu saja, kontestan memiliki waktu yang cukup untuk mengenalkan diri beserta program-programnya jika terpilih. Begitu pula calon pemilih memiliki waktu yang panjang untuk menimbang. Dengan begitu dapat menjatuhkan pilihan lebih berkualitas.
Lebih menarik, KPU melarang pengerahan arak-arakan dan pengerahan massa. Kampanye lebih fokus pada komunitas dengan mengedepankan dialog. Selain itu, media massa menjadi saluran utama kampanye.
Tentu, ini menggembirakan para praktisi komunikasi. Konsultan komunikasi, advertising akan dibanjiri order. Begitu pula industri media massa. Mereka bakal kebanjiran kue iklan.
Dengan kondisi seperti itu, lagi-lagi kapital berbicara. Partai dengan sumber dana besar tentu lebih memiliki kesempatan membuat iklan kampanye berkualitas. Mereka bisa membayar tim kreatif dan membeli space di media massa.
Bisa dibayangkan, betapa besar uang yang harus disediakan para kontestan itu. Kalau logika ekonomi masuk, mengeluarkan modal harus diiringi hasil yang lebih besar. Apalagi, modal itu berasal dari sumbangan-sumbangan. Penyumbang terbesar pastilah pengusaha. Tentu, mereka menggelontorkan dana dengan sejumlah konsesi.
Akan berbeda jika para kontestan itu benar-benar tampil karena keterpanggilan mengubah kondisi. Orang yang memiliki karakter kuat memajukan Indonesia. Mereka tampil bukan dengan logika ekonomi, untuk memupuk kekayaan setelah menjabat. Akan tetapi, orang yang tulus memberi sumbangsih bagi negerinya, serta memiliki keberpihakan pada rakyat.
Semoga saja, pesta demokrasi kali ini bisa memunculkan figur berkarakter. Pemimpin yang mengedepankan nurani dari pragmatisme pribadinya. Semoga anggota dewan hasil pemilu 2009 lebih berkualitas dari hasil pemilu 1999 dan 2004.
Karena, inilah masa kampanye pemilu di Indonesia terpanjang. Tentu saja, kontestan memiliki waktu yang cukup untuk mengenalkan diri beserta program-programnya jika terpilih. Begitu pula calon pemilih memiliki waktu yang panjang untuk menimbang. Dengan begitu dapat menjatuhkan pilihan lebih berkualitas.
Lebih menarik, KPU melarang pengerahan arak-arakan dan pengerahan massa. Kampanye lebih fokus pada komunitas dengan mengedepankan dialog. Selain itu, media massa menjadi saluran utama kampanye.
Tentu, ini menggembirakan para praktisi komunikasi. Konsultan komunikasi, advertising akan dibanjiri order. Begitu pula industri media massa. Mereka bakal kebanjiran kue iklan.
Dengan kondisi seperti itu, lagi-lagi kapital berbicara. Partai dengan sumber dana besar tentu lebih memiliki kesempatan membuat iklan kampanye berkualitas. Mereka bisa membayar tim kreatif dan membeli space di media massa.
Bisa dibayangkan, betapa besar uang yang harus disediakan para kontestan itu. Kalau logika ekonomi masuk, mengeluarkan modal harus diiringi hasil yang lebih besar. Apalagi, modal itu berasal dari sumbangan-sumbangan. Penyumbang terbesar pastilah pengusaha. Tentu, mereka menggelontorkan dana dengan sejumlah konsesi.
Akan berbeda jika para kontestan itu benar-benar tampil karena keterpanggilan mengubah kondisi. Orang yang memiliki karakter kuat memajukan Indonesia. Mereka tampil bukan dengan logika ekonomi, untuk memupuk kekayaan setelah menjabat. Akan tetapi, orang yang tulus memberi sumbangsih bagi negerinya, serta memiliki keberpihakan pada rakyat.
Semoga saja, pesta demokrasi kali ini bisa memunculkan figur berkarakter. Pemimpin yang mengedepankan nurani dari pragmatisme pribadinya. Semoga anggota dewan hasil pemilu 2009 lebih berkualitas dari hasil pemilu 1999 dan 2004.
wah sebagai konsultan media, aku lom ada order neh
ReplyDelete