Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Untuk Pecinta Senja

Senja menjelang. Mentari nyaris terbenam. Angin terasa dingin membelai kulit. Mataku masih menatap monitor. Jemariku menari menuliskan postingan ini. Di benakku terlintas seorang sahabat. Sahabat yang mencintai senja.

Bersamanya kulalui masa menuntut ilmu di bangku sekolah. Bersamanya pula ku mencoba memahami peta kehidupan. Dari obrolan bersamanya lahir inspirasi. Banyak inspirasi yang kudapat kemudian kecerna. Beberapa impian yang ku tulis dalam buku agendaku hasil obrolan itu.

Obrolan kami santai. Terkadang kami lakukan sambil minum susu segar warung tenda di pinggir jalan pada malam hari. "sambil mencoba merasakan suasana," katanya. Selain itu kepekaan kita kan terasah. Pasalnya, disitu biasa terjadi interaksi sosial. Sopir truk antar kota biasa mampir melepas lelah disitu. Maklum, tempat itu berada di pinggir jalan yang menghubungkan Jogja dan Semarang.

Salah satu impian yang lahir dari obrolan itu adalah menjadi penulis. Penulis yang peduli. Seperti apa kepedulian itu? Dia sering berujar "kontribusi kita untuk kemaslahatan umat."

Beberapa tahun kemudian kami memang telah merealisasikan sedikit impian itu. Meski, kontribusi riil untuk kemaslahatan umat belum terlihat. Setidaknya, keinginan menjadi penulis itu telah terwujud.

Sedikit berbeda, dia bersikukuh menjadi penulis lepas. "Dengan begitu, kita lebih independen. Selain itu tidak dikejar deadline," katanya. Sementara aku, menjadi penulis yang dikejar deadline.


Yon's terima kasih.
Kiriman lagu dan masukanmu tentang empati dalam tulisan cukup menggugahku menulis ini.

1 comment for "Untuk Pecinta Senja"

  1. ah justru aku belajar banyak darimu bro. kau pernah jadi pemimpin gerakan muda, jurnalis dll. sedang aku, bukan orang kuliahan, masih mencari, yah entah sampai kapan pencarian ini usai. sementara senja terus mengejarku :-)

    ReplyDelete