Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

"Jangan Bicara Kemacetan Tiba-Tiba Pindah Ibukota"

Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak setuju ibukota atau pusat pemerintahan dari Jakarta. Menurut dia, pemindahan tidak mudah dan menguras ongkos yang mahal.

"Orang berpikir mudah memindahkan ibukota, padahal tak terbayangkan susahnya," ujar Kalla.

Menurut Kalla, pemindahan ibu kota bukan sekedar pindah kantor. Jutaan pegawai negeri maupun swasta terkait pemerintahan pusat membutuhkan perumahan juga.

"Bukan hanya kantornya, rumahnya bagaimana. Wah, itu tidak terbayangkan kantor polisi, markas tentara," ujarnya.

Kalla mengakui sejumlah negara maju sukses dalam pemindahan ibukota negara. Bahkan, beberapa diantaranya memilih kota kecil atau pinggiran. Namun, kebanyakan yang memilih seperti itu negara federal seperti Australia dan Jerman.

Berbeda, negara kesatuan seperti Jepang, Inggris, dan perancis, tetap memilih kota terbesar sebagai ibukota negara.

Kalla tetap tidak setuju pemindahan ibu kota ke tempat yang dekat seperti yang ramai diwacanakan, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. "Jonggol sih masih dekat. Tapi, jangan bicara kemacetan tiba-tiba pindah ibukota," katanya.

Menurutnya, lebih produktif bekerja mengatasi kemacetan Jakarta daripada meributkan pemindahan ibukota. Kalla berargumen, banyak kota besar dengan penduduk padat tidak macet. Dia mencontohkan, Tokyo, Jepang, tidak terbelit masalah kemacetan.

"Jangan keluarkan ongkos tidak perlu. Jakarta masih layak," ujarnya.

Dia menekankan, kalau kemacetan yang jadi masalah, lebih baik mengatasinya. Anggaran pemindahan, lebih baik untuk perbaikan dan penambahan busway, pembangunan subway, MRT, serta monorel. "Itu jauh lebih murah daripada memindahkan ibukota," katanya.

Post a Comment for ""Jangan Bicara Kemacetan Tiba-Tiba Pindah Ibukota""